Saksi mata
Sore itu,
perempuan itu tidak sendiri. Ia bersama lelaki yang baru ia kenal lewat
jejaring social yang di up-date dari laptopnya. Berjalan jauh. Melewati bukit,
sungai, jembatan dan pepohonan yang rindang. Kadang-kadang jurang terjal berada
di samping kiri kanan menambah ngeri perjalanan sore itu.
Sudah begitu
lama perjalanan itu namun tak jua sampai pada tujuan. Entah mengapa? Barang
kali perjalanan sore itu memang tidak bertujuan. Namun tidak dengan batin
perempuan dan lelaki itu. Mereka berjalan jauh banyak tujuan yang jumlahnya tak
terbilang, sepuluh, seratus bahkan seribu atau sejuta. Banyak, itu ungkapan
pembilang jumlah yang layak disebutkan.
Matahari
masih sedikit terlihat kekuningan, yang sebentar lagi pulang ke pelaminan.
Perempuan itu mengikuti gerakan roda yang dikendarai lelakinya. Dengan
dokar Jepang yang berbahan bakar premium perjalanan jauh tak begitu
terasa pedihnya. Roda-roda itu berputar, terus berputar meski kadang iri dengan
perempuan itu yang tak mengerti beratnya putaran roda mendaki bebukitan terjal
dan berliku. Iri, diatas roda itu dua tangan perempuan itu bererat-erat memegang
pinggang lelaki. Dingin barang kali.
Terbukti dekapan tangan perempuan itu enggan lepas meski kelokan jalan membuat
putaran roda ingin sekali melepaskan tangan lentik itu.
Matahari
terasa cepat meninggalkan tempat itu. Tak teratur putaran mentari siang itu,
batin perempuan yang duduk di atas putaran roda itu. Yah! Perasaan orang yang
tengah bersenang-senang memang sering mengabaikan abdi makhluk lain. Termasuk
matahari yang merupakan makhluk paling setia pada time schedule yang telah di
gariskan oleh pencipta, Tuhan YME. Pernahkah matahari terbit tidak tepat waktu.
Meski mendung, sang raja siang itu tetap setia pada hukum-hukum yang telah menjadi
sunah. Tidak dengan dua makhluk Tuhan yang berakal itu. Sudah berkali ulang
mengubah schedule yang telah digarirkan oleh kesepakatannya dengan waktu
sebagai anak sejarah.
Tak lagi
memerah, sinar mentari yang merajai energy bumi. Mungkinkah kehabisa energy
atau bosan dengan dua insan yang tak setia pada waktu. Yah, waktu untuk
berjuang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar