Jumat, 18 Mei 2012

SAKSI MATA


Saksi mata
Sore itu, perempuan itu tidak sendiri. Ia bersama lelaki yang baru ia kenal lewat jejaring social yang di up-date dari laptopnya. Berjalan jauh. Melewati bukit, sungai, jembatan dan pepohonan yang rindang. Kadang-kadang jurang terjal berada di samping kiri kanan menambah ngeri perjalanan sore itu.
Sudah begitu lama perjalanan itu namun tak jua sampai pada tujuan. Entah mengapa? Barang kali perjalanan sore itu memang tidak bertujuan. Namun tidak dengan batin perempuan dan lelaki itu. Mereka berjalan jauh banyak tujuan yang jumlahnya tak terbilang, sepuluh, seratus bahkan seribu atau sejuta. Banyak, itu ungkapan pembilang jumlah yang layak disebutkan.
Matahari masih sedikit terlihat kekuningan, yang sebentar lagi pulang ke pelaminan. Perempuan itu mengikuti gerakan roda yang dikendarai  lelakinya.  Dengan  dokar Jepang yang berbahan bakar premium perjalanan jauh tak begitu terasa pedihnya. Roda-roda itu berputar, terus berputar meski kadang iri dengan perempuan itu yang tak mengerti beratnya putaran roda mendaki bebukitan terjal dan berliku. Iri, diatas roda itu dua tangan perempuan itu bererat-erat memegang pinggang lelaki.  Dingin barang kali. Terbukti dekapan tangan perempuan itu enggan lepas meski kelokan jalan membuat putaran roda ingin sekali melepaskan tangan lentik itu.
Matahari terasa cepat meninggalkan tempat itu. Tak teratur putaran mentari siang itu, batin perempuan yang duduk di atas putaran roda itu. Yah! Perasaan orang yang tengah bersenang-senang memang sering mengabaikan abdi makhluk lain. Termasuk matahari yang merupakan makhluk paling setia pada time schedule yang telah di gariskan oleh pencipta, Tuhan YME. Pernahkah matahari terbit tidak tepat waktu. Meski mendung, sang raja siang itu tetap setia pada hukum-hukum yang telah menjadi sunah. Tidak dengan dua makhluk Tuhan yang berakal itu. Sudah berkali ulang mengubah schedule yang telah digarirkan oleh kesepakatannya dengan waktu sebagai anak sejarah.
Tak lagi memerah, sinar mentari yang merajai energy bumi. Mungkinkah kehabisa energy atau bosan dengan dua insan yang tak setia pada waktu. Yah, waktu untuk berjuang 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar